Kamis, 06 Maret 2014

Makna Hidup dai Sahabatku - Part 5



Hampa

Cahaya matahari pagi pun, telah menembus ruangan kamar Yasmine. Perlahan-lahan kesadaran Yasmine pun mulai kembali, dan membuka matanya pelan-pelan. Yang terlihat olehnya pertama kali adalah pengasuh setianya Sharon. Sharon yang mengetahui hal tersebut, langsung memanggil dokter untuk segera memeriksa Yasmine.
“ Sharon”
“ Yas, kamu telah sadar”.
“ mana Tina, mana Rena, kenapa mereka tidak ada disini ?”.
“ kamu tenang dulu ya, Yas. Nanti aku panggil mereka untukmu”.
“ aku ingin bertemu mereka, sekarang”.
Sharon hanya menggeleng dan memeluk Yasmine, dan mengusap rambut Yasmine.
“ aku ingin bertemu mereka”.
“ tapi, Yas. Kamu masih sakit, nanti kalau kamu sudah sehat, kamu baru bisa menemui mereka”
“ beraninya kamu melarangku, Sharon”.
“ Yas”.
Yasmine pun berusaha berdiri walaupun kepalanya terasa sangat berat dan pusing. Tetapi, keinginannya telah kuat untuk menemui kedua sahabatnya. Dengan tertatih-tatih dia menarik tubuhnya, tetapi dia kembali terjatuh. Sharon yang melihat pun akhirnya menyuruh Yasmine untuk duduk di kursi roda, dan dia akan mengantarkan Yasmine bertemu dengan sahabatnya. 
Sharon pun mengantar Yasmine untuk menemui Rena terlebih dahulu yang berada di ruang ICU , suster yang menjaga di ruang ICU tidak memperbolehkannya untuk masuk kedalam. Tetapi Yasmine memaksa, Sharon pun berusaha membujuk suster tersebut, dan memperbolehkan Yasmine masuk.
Ketika berada di dalam ruangan Rena, tampak olehnya keadaan Rena yang sangat kritis,  senyum Rena yang ramah pun, kini telah tiada, hanya ruangan kosong dan sepi yang disesaki oleh suara pendeteksi detak jantung. Mata Rena pun masih tertutup. Yasmine yang melihat keadaan tersebut hanya terdiam. Sambil meneteskan air matanya. Dan memeluk Rena sambil berbisik sesuatu.
“ Ren, kamu harus bangun, kamu masih ingatkan mimpimu, untuk menjadi seorang serve yang handal dimasa depan kelak. Aku mohon, sadarlah Ren”.
Yasmine pun kembali menangis sambil tersedu-sedu dan tak kuasa menahannya lagi. Rasa bersalah Yasmine pun kini semakin menyekap dirinya setelah melihat keadaan Rena, seperti tidak ada harapan lagi. Tangis itu pun semakin membuncah dan menghancurkan kekosongan ruangan tersebut. Sharon pun menyusul kedalam dan berusaha menenangkan Yasmine dan mengajaknya keluar.
“ akulah yang membuatnya terbaring di ruang itu, Sharon”.
“ tenanglah Yas, ini bukan salahmu”.
“ apakah dia masih bisa sadar kembali”.
“ Yas, tenanglah. Aku yakin Rena pasti kembali”.
“ kamu tak perlu, membuatku berharap”.
“ sebaiknya kita kembali ke kamarmu, kamu masih perlu istirahat yang cukup, Yas. Kamu belum sehat total”.
“ tidak , aku ingin menemui Tina”.
Mendengar permintaan Yasmine tersebutdan memerhatikan kondisi Yasmine. Sharon langsung mengambil tindakan tegas. Dan memaksa Yasmine untuk kembali ke kamarnya. Dan menyuruh dokter untuk memberi penenang padanya.
***
Keesokan paginya, Yasmine telah bangun. Kesehatannya pun telah kembali memulih. Yasmine pun langsung berdiri. Dan mencabut paksa selang infusnya. Seketika itu Sharon pun langsung mencegatnya.
“ Yasmine, kamu mau kemana ?”
“ jangan nganggu aku, izinkan aku melihat Tina”.
“ Yas, aku takut kamu tak mampu melihatnya”
“ aku kuat, sharon”.
“ tidak, Yas. Jangan sekarang”.
Yasmine pun nekat dan mengambil pisau buah yang terketak diatas meja yang berada disamping tempat tidurnya.
“ jika kamu tidak membiarkan aku pergi, aku akan bunuh diri”.
“ jangan lakukan , hal yang bodoh, Yas”
“ katakan dimana Tina sekarang”.
“ ya, akan aku tuliskan alamatnya”.
“ berikan aku , kunci mobilmu, cepat”.
Setelah mengambil kunci mobil dan alamat yang ditulis Sharon, Yasmine pun langsung pergi, tanpa menghiraukan pakaian pasien yang sedang dia gunakan.
***
Dengan mengikuti alamat yang diberikan Sharon, Yasmine tiba di sebuah pemakaman umum. Yasmine pun membaca ulang kembali alamat yang diberikan oleh Sharon. Dan menanyakan pada seseorang yang lewat tentang alamat tersebut.
Tiba-tiba, kaki Yasmine pun langsung bergetar, air matanya pun mulai meleleh, tibalah dia di sebuah pemakaman yang masih basah dan masih banyak bunga yang ditaburi di atasnya. Yasmine pun terduduk dan tak percaya setelah membaca tulisan nama yang berada di batu nisan tersebut. tertulis nama sahabatnya. Dengan narik nafasnya sedalam mungkin, Yasmine berusaha menahan tangisnya tapi, tak kuasa untuk menahannya. Menangislah dia sejadi-jadinya di depan kuburan sahabatnya.
“ Tina, maaf aku. Aku yang slah. Aku yang mengajak kalian untuk pergi liburan ini, ini ide konyolku. Maafkan aku, aku tak bisa menyelamatkanmu. Tina”.
Rasa bersalah Yasmine pun kembali memuncak, dan tak bisa menerima kenyataan tersebut. setelah lelah menangis, Yasmine pun memacu sedan tersebut dan tak tentu arah. Tiba dia di sebuah jembatan yang sepi. Berhenti dia disana, dan tertegun sambil menangis. Dia masih menyesali hal tersebut. Yasmine masih meratapi nasibnya.

Ya Tuhan,
Kenapa Kau begitu tidak adil, kau merebut segalanya.
Tak mengapa bagiku, bila kecilku tiada ayah disampingku.
Tak mengapa bagiku, bila ibuku selalu sibuk bekerja.
Tapi, Kau tak boleh menggambil hidupku.
Hidupku , sahabatku.
Aku benci.

Sesal Yasmine di dalam hati, dia sangat membenci dengan nasib yang telah Tuhan berikan kepadanya. Dia merasa makhluk yang dirugikan oleh Tuhannya. Dia pun menjadi sangat kecewa pada Tuhannya. Dan tak mampu menahan ujian dan cobaan yang diberikan oleh Tuhan.

Aku benci
Kau telah merebut kebahagiannku.
Kenapa kau pertemukan aku dengan sahabatku
Tetapi, ketika aku masih belum mampu
Kau telah mengambilnya kembali
Begitu kejamnya Kau padaku.

Gerutunya dalam hati, semenjak hari itu. Yasmine tak pernah lagi berharap pada apapun. Dan tidak memercayai keajaiban Tuhan. Dan sangat membenci keputusan Tuhan. Baginya Tuhan tidak adil pada dirinya.
***
Tanpa terasa hari ini adalah hari minggu. Hari ini sungguh berbeda bagi Yasmine. Dia merasa baru minggu lalu berkumpul dan bercanda dengan Tina dan Rena. Ternyata, kini semua telah berubah. Canda pun telah tiada, berganti dengan sedih. Tawa pun telah tiada, telah berganti menjadi sebuah asa. Telah beberapa hari lalu, Yasmine diperboleh pulang dari rumah sakit.  Untuk tetap mengisi minggu ini, Yasmine pun berniat mengunjungi Rena yang masih berada di ICU .
Ketika di tengah perjalanan menuju rumah sakit, Yasmine melewati sekolahnya, dan berhenti sejenak disana. Tiba-tiba air mata Yasmine pun meleleh. Terlihat olehnya, pak Tukimin yang telah tua masih tetap rajin menyapu halaman sekolah walaupun di hari libur.
Setibanya di rumah sakit, kini Yasmine berusaha kuat untuk tidak menangis di depan Rena. Dan dia bercerita kepada Rena, seolah-olah Rena ada sedang bercerita dengannya.
“ Ren, tadi sebelum aku kesini. Aku lewat sekolah, tadi aku melihat pak Tukimin, ternyata dia masih rajin walaupun sudah tua,Ren. Oya, kamu masih ingat tidak dulu kita pernah terlambat”. Tiba-tiba Yasmine terdiamsambil bermenung. Teringat kembali olehnya kenang-kenangan mereka bersama.
***
Pagi ini sangat berbeda. Pukul telah menunjukkan 07.00 wib, tapi Tina tak kunjung tiba di perempatan jalan. Akhirnya Yasmine memutuskan untuk menyusul Tina ke rumahnya, namun Rena menolak karena menurutnya jalan menuju rumah Tina hari ini pasti becek dikarenakan tadi malam baru siap hujan, dan dia tidak ingin melanggar peraturan Omanya yang akan membuatnya kualat bila melanggarnya. Namun, Yasmine tidak menghiraukan yang dikatakan oleh Rena dan menarik Rena melewati gang menuju rumah Tina. Dan terlihat oleh mereka Tina sedang menjemur kain, serta sangat berantakan seperti orang belum mandi. Yasmine pun langsung merebut cucian itu dari tangan Tina dan menyuruhnya untuk bersiap berangkat ke sekolah, Tina hanya bisa menghembus nafas apabila tatapan Yasmine telah memaksa. Dan seperti biasa Rena kembali mengulang kata-kata Omanya, namun setelah Yasmine melototi matanya ke Rena, dia pun ikut membantu Yasmin menyelesaikan pekerjaan Tina.
Akhirnya pagi ini mereka bertiga terlambat, dan berhadapan dengan guru piket yang terkenal galak dan sangat disiplin. Mereka bertiga mendapatkan hukuman membersihkan WC dan mengepel lantai seusai jam pelajaran terakhir.
Bagi Yasmine, ini adalah pekerjaan yang seru, karena bisa memperlambat waktunya untuk pulang ke rumah. Sambil bernyanyi-nyanyi dia mengambil tangkai sapu dan sangat menikmati hukuman tersebut. lainhalnya dengan Rena, yang sangat merutuki hukuman ini karena, dia sangat benci sesuatu hal yang kotor, dan kembali lagi mengulang kata-kata Omanya. Tina hanya mengepel lantai dengan lesu dan merasa bersalah terhadap sahabat-sahabatnya, dia merasa sahabatnya dihukum karenanya. Yasmine segera mengetahui hal itu , dan memecahkan suasana tersebut dengan idenya yang jahil.
Yasmine mengendap-ngendap dan menjangkau-jangkau sarang laba-laba di dekat WC dan berhasil mengambil laba-laba, dan melemparkannya ke pundak Rena, sontak Rena langsung berteriak histeris. Dan Yasmine seolah-olah tidak tahu-menahu, lalu melanjutkan pekerjaannya menyikat kamar mandi.  Setidaknya, akibat ulah Yasmine tadi telah membuat Tina melupakan kesedihannya sesaat, walaupun Rena menjadi tumbalnya.
Rena pun mengomel-ngomel, hampir mirip dengan Omanya, yang hobi mengomel, mungkin inilah yang  disebut dengan warisan keturunan. Kata hati Yasmin sambil menahan tawanya ketika Rena mengomel, dan mengedipkan sebelah matanya kepada Tina, sebagai isyarat untuk tidak menghiraukan apa yang dikatakan oleh Rena, karena menurutnya obat Rena telah habis, dan harus segera dibelikan yang baru. Tina pun tak bisa lagi menahan tawanya , dan membuat Rena semakin memperpanjang ceramahnya.
***
Yasmine terus bercerita. Disela-sela ceritanya, sesekali dia mengusap matanya. Tak mengapa baginya bila kedua orangtuanya tidak disampingnya. Tetapi, sahabat baginya adalah segalanya. Rasa bersalah pun kembali menghantui Yasmine. Tetapi, dia berusaha untuk tidak menangis seperti sebelumnya.
“ Rena, kamu masih ingatkan, dulu yang meletakkan laba-laba di pundakmu itu adalah aku, maafkan aku tidak mengakuinya”. Terkadang dia menangis bercampur tawa.
Ketika Yasmine, sedang seru bercerita, tiba-tiba Oma Rena pun datang, Yasmine pun terkejut.
“ pagi , Oma”
“ tidak perlu basa-basi, aku harap ini adalah pertemuan terakhir kamu dengan cucuku, sudah cukup atas semua ulahmu selama ini”.
“ tapi, Oma”
“ aku harap kamu tidak menemui Rena lagi. Lusa aku akan membawanya ke Kanada untuk melakukan pengobatan”.
Keluar dari kamar Rena, Yasmine pun berjalan menuju mobilnya dengan lemas dan tak bertenaga. Dia pun menarik nafas dalam. Menguatkan dirinya.
***
Di pagi buta, Yasmine terbangun karena mendengar alunan suara adzan. Ditutupnya telinganya, dan ingin melanjutkan tidurnya. Tetapi, kantuk pun menghilang.
“ Allah.. tuhan, atau siapa sebutanmu, kenapa Kau selalu mengganggu hidupku. Tidak puaskah dirimu telah mengambil seorang sahabatku, dan kini kau masih menggantung nyawa seorang sahabatku. Kini, ketika aku hendak tertidur, tetapi Kau menggangguku dengan suara panggilan-Mu”.
Geramnya di dalam hati. Sambil berkemul di dalam selimut. Akhirnya setelah, suara Qamat bersenandung. Barulah, dia bisa kembali memejamkan matanya.
Cahaya mentari pagi pun, menebus masuk melalui tirai-tirai jendela, yang menyilaukan wajah Yasmine. Sehingga membuatnya terbangun dari tidurnya. Dia pun tak bisa melanjutkan tidurnya seperti biasanya. Dirinya pun disesaki oleh rasa gelisah dan bersalah. Kembali dia mengeram dan menyalahkan Tuhan yang telah mengambil sahabatnya.
Tiba-tiba, Sharon masuk kedalam kamarnya. Mengejutkan Yasmine yang sedang menyisir rambutnya.
“ Yas, kamu harus segera ke rumah sakit, sekarang”
“ ada apa dengan Rena, apa dia kritis ?”.
“ tidak. Tetapi, Omanya akan membawa dia pergi ke Kanada pagi ini”.
Yasmine yang mendengar pun terkejut, dan langsung bergegas mengambil kunci mobilnya, lalu berlari menuruni anak tangga menuju lantai satu, dan tanpa menunggu apapun dia telah masuk kedalam mobilnya. Dan membunyikan klakson dua kali, satpamnya telah tau bila Yasmine hendak keluar.
Yasmine pun kembali memacu sedan volvo kesayangannya tersebut menuju rumah sakit. Di tengah perjalanan hampir saja dia tertabrak dengan sebuah truk tronton yang membawa bahan makanan dari desa.
Setibanya di rumah sakit, langsung Yasmine berlari menuju ruang ICU, dimana tempat Rena biasa dirawat. Namun, ketika disana. Dia tidak menemukan Rena. Setelah bertanya kepada suster penjaga, dia mengetahui bahwa sahabatnya tersebut telah dirawat jalan. Dan telah berangkat menuju Kanada sekitar 15 menit lalu.
Mengetahui hal itu, Yasmine hanya bisa tertunduk kaku. Sesak di dadanya pun kini tak tertahankan lagi. Kesadarannya pun menghilang. Tubuhnya pun jatuh ke lantai.

***
Yasmine pun telah kembali membuka matanya. Terlihat olehnya, masih ada Sharon yang menunggunya sedang terlelap tidur. Dia menahan rasa sakitnya ketika mencabut selang infus dari tangannya. Diam-diam dia mengambil kunci mobilnya, lalu berjalan pelan keluar pintu.
Berhasil melarikan diri. Yasmine kembali memacu sedan volvonya tanpa arah dan tujuan yang dituju. Lelah berkeliling. Berhentilah dia di tepi jalan. Bingung ingin pergi kemana, dia menelpon seorang teman SMA nya.
Sejam kemudian, sebuah taksi berhenti di depan mobilnya. Tampak olehnya seorang teman lamanya keluar dari taksi tersebut. dibukanya kaca mobilnya sambil melambaikan tangan. Dengan cepat gadis itu masuk kedalam mobilnya.
“ sudah lama, tak berjumpa denganmu, Yas”
Yasmine hanya tersenyum membalas pertanyaan basa-basi tersebut. dan mulai melaju sedannya. Kembali gadis itu bertanya dan membuat Yasmine sangat kesal. Dan tiba-tiba dia menghentikan mobilnya.
“ keluar kamu, Carla”.
“ Yas, maaf bila aku banyak bertanya, dan membuatmu kesal. Kenapa kau memanggilku ?”
“ dimana klub yang terkenal di kota ini”.
“ Yas, apa aku tidak salah dengar ?”
“ cepat katakan”.
Carla yang melihat keadaan Yasmine pun merasa aneh dan tidak percaya. Selama dia mengenal Yasmine. Dia tidak pernah menerima ajakannya untuk pergi ke klub malam. Tetapi, hari ini Yasmine sendiri yang mengajaknya.
Setibanya disana, Yasmine meminta bir yang memiliki tingkat alkohol yang tinggi. Carla yang melihat hanya menggelengkan kepala dan berusaha mencegatnya.
“ Yas, jangan meminum itu , sebaiknya kamu meminum bir yang alkoholnya rendah saja. Itu bisa membuatmu mabuk”.
Tidak sedikit pun Yasmine menghiraukan perkataan Carla. Tanpa segan dia meminum habis bir tersebut dalam satu tegukan. Dan meminta bartender menambah kembali. Seperti itulah yang dilakukannya berkali-kali sampai, dia pun benar-benar mabuk. Carla suka minum, kali ini dia tidak bisa minum seteguk pun bir tersebut. merasa aneh dengan pemandangan yang dilihatnya. Dia yang pindah setahun lalu ke Amerika merasa aneh.
“ Yas, aku baru setahun pindah ke Amerika. Dan kini aku baru kembali. Tetapi, aku tak menyangka waktu yang singkat itu merubahmu menjadi seorang peminum”.
Carla yang bingung pun berusaha menghubungi teman-teman SMA nya dulu dan menanyakan kabar Yasmine pada saat ini. Setelah mendengar banyak kabar dari teman-teman lamanya. Carla yang melihat Yasmine telah terkapar akibat mabuk pun kembali meneteskan air matanya.
Dia sangat mengenal Yasmine, sempat rumah mereka bersebelahan. Tetapi, suatu hari saham keluarga Carla turun. Dan membuatnya jatuh miskin. Terpaksa Carla harus tinggal bersama bibinya di Amerika. Dia sangat mengetahui. Bagi Yasmine sahabatnya adalah hidupnya. Dia tahu bahwa Yasmine tidak memiliki keluarga yang bahagia. Hanya sahabatnyalah yang selalu bersamanya.
Dia pun mengantar Yasmine kembali pulang ke rumahnya. Bercerita sebentar dengan Sharon. Carla pun hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam. Dia merasa sangat sedih dan kasihan dengan Yasmine yang tak memiliki semangat hidup. Yasmine yang dulu selalu optimis pernah dia kenal. Kini telah berubah menjadi Yasmine yang putus asa. Carla ingin membantu Yasmine. Tetapi, paginya dia mendapat telpon untuk segera kembali ke Amerika. Bibinya sakit. 
***


eeits,,, ini belum selesai ........!!!
Penasaran sama kelanjutannya ..??? ayo klik Disini

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll