Secercah Harapan
Setiap malam. Yasmine menghabiskan malam-malamnya di klub
malam. Dan selalu pulang di subuh hari dalam keadaan mabuk. Sharon yang melihat
keadaan Yasmine pun sangat sedih. Dan tak bisa mencegat Yasmine.
Malam ini, sama seperti malam sebelumnya. Yasmine memacu
mobilnya menuju klub malam. Tetapi, di pertengahan jalan dia hampir menabrak
seorang nenek tua. Syukur nenek tua
tersebut tidak jadi tertabrak. Yasmine pun menolong nenek tua tersebut. yang
sedang bergegas menuju suatu tempat.
“ maaf , aku tadi sedang tidak fokus”.
“ tidak mengapa, aku terburu-buru. Aku pergi dulu.
Hati-hati”.
“ Nek, tunggu. Selendangmu terjatuh”.
“ terima kasih”.
“ kalau boleh aku tahu, apa yang membuat nenek sangat
terburu-buru?”.
“ Allah telah memanggilku, aku takut terlambat. Tidakkah
kamu mendengar panggilannya. Atau kamu mau ikut bersamaku ?”.
Yasmine hanya menggeleng dan mempersilahkan nenek
tersebut pergi. Sebelum berpisah nenek itu, memberi tahu bahwa rumahnya di
sekitar sini. Dan menyuruh Yasmine bila sempat untuk singgah ke rumahnya di
lain waktu.
Lama Yasmine melihat nenek tersebut pergi, sampai dari
kejauhan bayangan nenek tersebut menghilang di pertigaan jalan. Lalu dia
kembali ke dalam mobilnya. Terdiam dia melihat tingkah laku nenek tersebut.
teringat olehnya Tina yang sering mengajaknya untuk sholat. Dan wajah Bu Lastri
pun membayang di memorinya. Bu Lastri sering dahulu mengajaknya untuk sholat.
Tetapi, dia selalu mengatakan untuk menundanya dan tak melakukannya hingga
kini. Pening kepalanya memikirkan hal tersebut. dia memacu sedan volvonya
kembali. Dan menuju klub malam. Malam ini dia banyak meneguk bir.
Malam ini dia, diantar oleh salah satu pelayan klub
menuju rumahnya. Sharon yang dari tadi telah menunggunya langsung membawanya ke
kamar dan memberikan uang tips kepada pelayan yang mengantar tersebut.
Seperti biasa, Sharon menyelimuti Yasmine. Tetapi, malam
ini sungguh berbeda dengan malam sebelumnya. Biasanya Yasmine selalu
mengingaukan kata-kata yang mengungkapkan rasa bersalahnya kepada kedua
sahabatnya. Tetapi, kini dia mengingau yang berisi cercaan dan kebenciannya
kepada Sang Pencipta. Sharon yang jarang sholat pun, merasa sedih melihatnya
yang seperti tak percaya Tuhan.
“ Aku benci padamu Tuhan, Allah. Atau siapa dirimu itu.
aku benci, Kenapa masih ada orang menyembah dan taat padamu. Padahal hidupnya
selalu dibuat susah oleh-Mu”.
Walaupun kata-kata tersebut di ucapkan oleh Yasmine
dibawah alam sadarnya, Sharon mengerti itulah isi hati Yasmine pada saat ini. Sangat
kesepian dan tak memiliki semangat hidup. Sharon ingin mengembalikan Yasmine
seperti dahulu kembali, hanya saja dia tidak tau harus melakukan apalagi.
Tiba-tiba Surti, pembantu baru. Mengetuk pintu kamar
Yasmine. Dan mengatakan kepada Sharon bahwa dia barusan mendapat telpon dari
nyonya Yulia, ibunya Yasmine yang mengabarkan bahwa dia kini telah di bandara
dan sebentar lagi akan sampai di rumah. Sharon pun merasa sangat terkejut.
Sebelumnya dia tidak pernah memberi kabar tentang kebiasaan buruk Yasmine
akhir-akhir ini yang suka pergi ke klub malam.
Klakson mobil pun berbunyi. Pertanda nyonya rumah mereka
yang telah lama tidak pulang, kini telah kembali. Para pembantu pun telah
berbaris rapi di depan pintu rumah menyambutnya. Sharon berada pada posisi paling
awal.
“ sudah lama aku tidak pulang, ternyata tidak banyak
perubahan disini”. Jawabnya sambil memerhatikan rumahnya.
“ ya seperti yang Anda lihat, Nyonya”.
“ aku ada kabar baru”.
“ kalau boleh tau, apa itu, Nyonya ?”
“ aku sudah memutuskan untuk tinggal kembali disini”.
“ wah, itu adalah berita yang sangat mengembirakan.
Tetapi”. Tiba-tiba Sharon berhenti berbicara.
“ tetapi, apa ?”
Sharon pun mengajak nyonya Yulia untuk bercerita di ruang
kerja. Dan bercerita seluruh hal yang telah terjadi pada Yasmine. Setelah
mengetahui semua hal yang terjadi pada putri tunggalnya. Yulia pun terdiam dan
mendadak menyuruh Sharon keluar dari ruangan tersebut.
Diam-diam Sharon memerhatikan dari balik pintu yang tidak
tertutup rapat. Terlihat olehnya nyonya Yulia yang sedih dan menangis
tersedu-sedu sambil mengambil sebuah foto yang dari agendanya. Lama sekali
nyonya Yulia memandang foto tersebut. Terlihat dari air mukanya. Nyonya Yulia
sangat merasa bersalah pada putri tunggalnya. Dia pun keluar dari kamarnya dan
menuju kamar Yasmine.
Sharon pun masih mengikuti nyonya Yulia dan
memperhatikannya dari jauh. Setelah masuk ke kamar Yasmine. Sharon pun kembali
mengamati tuannya tersebut dari balik pintu. Dan menguping penyesalan tuannya
tersebut.
“ Yas. Maafkan mama, sayang. Ini semua karena mama yang
terlalu sibuk dan tak sempat memberimu perhatian. Sehingga membuatmu seperti
ini”. Yulia pun membelai rambut anaknya yang masih tertidur.
Melihat pemandangan tersebut, bule Indo-Belanda itu pun
meneteskan air matanya. Dan berlalu menuju kamarnya.
***
Keesokan paginya, Yasmine terbangun. Setelah memaksa
Yasmine untuk mandi, Sharon pun memaksanya untuk segera menuju ruang makan.
Yasmine pun bingung dengan sikap Sharon yang biasanya lebih suka menyuruh
pembantu membawa sarapan ke kamar. Tapi, kini memaksanya untuk sarapan di ruang
makan.
Setiba di ruang makan, Yasmine terkejut ada seorang
wanita yang ikut sarapan bersamanya yang sedang membaca koran sehingga menutupi
wajahnya.
Sharon membantu Yasmine menuangkan susu dan memberikan
sebuah sandwich yang masih hangat.
Tanpa menghiraukan orang tersebut Yasmine langsung menyantap santap paginya
tersebut dengan lahap. Memang dari kemarin malam dia belum mengisi perutnya.
Dalam waktu singkat Yasmine telah menghabiskan sarapannya.
Dan ketika hendak pergi meninggalkan ruang makan. Wanita yang wajahnya tertutup
oleh koran tersebut memanggilnya.
“ Ternyata, kamu masih belum berubah, masih suka sandwich
dengan dadar yang separuh matang dan segelas susu putih untuk santap pagimu”.
Mendengar suara wanita tersebut, sontak Yasmine pun
membalikkan tubuhnya. Terlihat olehnya sosok yang selama ini, yang selalu dia
rindukan. Baru tadi malam dia merasa dia bermimpi ibunya membelai rambutnya.
Ternyata, kini ibunya telah ada dihadapannya sedang sarapan bersamanya. Masih
teringat oleh Yasmine, dulu ketika dengan mudahnya ibunya membatalkan acara
makan malam mereka yang telah lama Yasmine jadwalkan. Air mata Yasmine pun
menetes, tak kuasa menyadari hal itu, tetapi, rasa gengsi menahannya untuk
tidak memeluk ibunya tesebut. Bahkan sebaliknya. Dia malah berkata kasar pada
ibunya.
“ kemana saja mama selama ini. Oh, ternyata masih ingat
jalan menuju rumah ini. Aku kira mama telah lupa. Oh, aku tau. Pasti mama
kembali kesini karena kolega mama mengajak untuk pindah ke Indonesia ?”.
“ Yas “.
“ karena yang kutahu, anak mamaku bukan aku. Tapi,
perusahaannya”. Yasmine pun langsung berlari menuju mobilnya. Tanpa menghiraukan ibunya yang memanggil.
***
Yasmine pun bingung harus pergi kemana. Sudah beberapa
kali dia berputar di bundaran kota tersebut. sehingga membuat polisi merasa
aneh dan menghentikannya.
“ permisi, dek. Apakah kamu tersesat?”.
“ maaf, Pak. Saya”. Lama Yasmine terdiam
“ ada yang bisa saya bantu ?”
“ maaf, Pak. Saya berjanji tidak mengulanginya kembali”.
“ baiklah kalau begitu. Hati-hati”.
Yasmine pun mengangguk dan menutup kembali kaca mobilnya.
Dan berjalan pelan. Tiba-tiba ada seorang anak kecil yang menyebrang jalan
tanpa melihat-lihat. Hampir tertabrak oleh Yasmine. Ibu anak kecil itu pun
langsung memastikan tubuh anaknya tidak terluka, lalu berkali-kali dia menunduk-nunduk memberi
isyarat pada Yasmine untuk meminta maaf pada atas kesalahan anaknya.Yasmine pun
hanya membalasnya tersenyum dan membembunyikan klakson kecil untuk berpamitan
sambil menganggukan kepalanya.
Lalu, Yasmine mengetepikan mobilnya. Melihat kejadian
antara ibu dan anak tadi, dia teringat dengan ibunya. Dia merasa sangat sedih.
Dia berusaha mengingat kapan terakhir kali ibunya memeluknya seperti ibu anak
tadi memeluk anaknya. Tak teringat baginya kapan terakhir kalinya. Tetapi, yang
terasa hanya sudah sangat lama dia berpisah dengan ibunya. Dulu dia sempat
merasa iri kepada Rena yang sangat dicemaskan oleh Omanya. Walapun Omanya
cerewet, suka ceramah panjang lebar, tetapi Yasmine tahu bahwa Oma Rena sangat
mencemaskan cucunya. Sedangkan Dia, tak seorang keluarga pun mencemaskannya.
Padahal dia masih memiliki seorang ibu. Tetapi, hanya berkutat dengan
bisnisnya.
Air mata Yasmine kembali meleleh. Karena rem mendadak
tadi menjatuhkan hiasan di mobil Yasmine. Setelah memungutnya. Ternyata sebuah
album foto ukuran kecil terjatuh. Terlihat didalamnya sebuah foto.
Ternyata itu adalah foto keluarganya, teringat kembali
olehnya. Saat terakhir kebahagian itu. foto tersebut diambil di halaman
belakang oleh asisten ayahnya sebelum keberangkatan ayahnya. Didalam foto
tersebut tampak olehnya, ayahnya yang mengendongnya. Masih teringat olehnya
bahwa ketika hendak di foto, dia tak mau melepas botol dotnya sehingga botol
dot tersebut difoto juga. Di foto itu tampak juga senyum ibunya yang masih muda
sambil memeluk ayahnya dan mendekatkan pipinya dengan pipi Yasmine. Masih
terasa oleh Yasmine kelembutan dan kehangatan pipi ibunya.
Tetapi, semua berubah semenjak terjadi kecelakaan pesawat
yang menimpa ayahnya dan membuatnya meninggal. semenjak itu, ibu Yasmine tak
pernah lagi tersenyum dan menyibukkan dirinya dengan bisnis. Sehingga bisinis
keluarganya bisa semaju seperti saat ini.
***
Tiba-tiba, Sharon menelpon. Dia ingin sekali bertemu
dengan Yasmine pada saat itu juga. Tanpa berpikir panjang dia menyetujuinya.
Disebuah taman di dekat rumahnya, dia bertemu dengan
Sharon. Sharon menjelaskan semua hal yang dia lihat dan dia rasakan terhadap
nyonya Yulia. Dan membujuk Yasmine untuk berbaikan dengan ibunya tersebut.
“ Yas, coba kamu pikirkan kembali. Mamamu sebenarnya
sangat menyanyangimu”.
“ bohong , dari mana kamu tahu, kamu hanya disuruh olenya
?”.
“ tidak, Yas. Aku melihatnya sendiri, dia menangis di
ruang kerjanya sambil melihat sebuah foto di agendanya. Aku penasaran dan
melihat foto tersebut. ternyata foto kalian bertiga, Yas. Disana ada papa dan
mamamu serta kamu. Aku melihat kalian sangat bahagia. Sepertinya ibumu
merindukan kebahagian itu, Yas. Tadi aku juga tidak sengaja membaca agenda
mamamu. Disana berisikan kerinduan-kerinduannya padamu, tapi dia masih tak
mampu melupakan ayahmu. Makanya, diamneglihkan pikirannya dengan sibuk
berbisnis. Tetapi, dia tidak melupakanmu Yas. Terlihat olehku disana banyak
fotomu. Dari kamu kecil hingga sebesar ini. Ku mohon Yas, sebagai pengasuhmu
dari kecil. Semenjak kau mengalami depresi, aku berjanji akan selalu memenuhi
permintaanmu, Yas. Tak pernah satu pun permintaanmu yang tak kukabulkan. Tapi,
kini aku meminta padamu. Aku tau, aku hanya pengasuhmu”.
“ Sharon, kamu tidak hanya seorang pengasuhku.
Tetapi, kamu telah merawatku dan membiarkan masa mudamu berlalu hanya untuk
merawatku. Aku telah menganggapmu sebagai keluargaku, Sharon. Maafkan aku, bila aku
sering membuatmu cemas”.
“ Tidak, Yas. Aku tak pernah menyesal telah menghabiskan masa mudaku untukmu. Aku selalu merasa bahagia bersamamu selama ini. Aku telah menganggapmu seperti anakku sendiri. Terimakasih. Aku sangat terharu mengetahui bahwa kamu menganggapku lebih dari pengasuh
bahkan keluargamu, tetapi kumohon hilangkan gengsi dan egomu. Yas”.
Pertemuan tersebut berakhir, dan masih terngiang di telinga
Yasmine seluruh ucapan Sharon tersebut olehnya.
***
Setibanya dirumah, Yasmine langsung masuk kamar, dan
membuka sebuah paket. Ternyata berisi laptop yang pernah di pinjamkannya kepada
Tina. Disana berisikan surat yang bertuliskan tangan oleh Bu Lastri.
Yasmine pun menghidupkan laptop tersebut, dan melihat chating terakhir mereka bertiga yang belum dihapus oleh Tina. Yasmine yang
membaca hanya tersenyum dan sesekali air mata itu menetes di pipinya. Terkenang kembali olehnya masa-masa itu.
Namun, disalah satu topik pembicaraan mereka, membahas
masalahnya dan ibunya. Terlihat disana dia telah berjanji akan mengusahakannya.
Lama Yasmine bermenung dan berpikir kembali menimbang
semuanya. Mungkin kini sudah saatnya, untuk berbaikan. Yasmine pun menuruni
anak tangga rumahnya dan menuju halaman belakang di tempat ibunya sering
mengabiskan waktu dengan memabaca. Dipeluknya ibunya dari belakang. Ibunya pun
berbalik memeluknya juga. Akhirnya mereka berdamai.
***
Setelah berdamai dengan ibunya, dan menyadari
kebahagiannya. Dia merasa sangat bersalah kepada Tuhannya. Lalu, dia teringat
nenek tua itu dan mengunjungi nenek tersebut.
Disana dia banyak bercerita, berdiskusi dengan nenek
tersebut. karena nenek tersebut hanya tinggal seorang diri. Yasmine mengajaknya
untuk tinggal bersama. Pada awalnya nenek itu menolak. Tetapi, Yasmine
mengatakan dia membutuhkan seorang yang bisa membimbingnya untuk bisa
bertaubat. Nenek tersebut pun bahagia mendngarnya dan menyetujui permintaan
Yasmine tersebut.
Mulai hari itu, Yasmine selalu berusaha menjadi hamba
Allah yang baik, dan dia tidak hanya berubah sendirian. Ibunya yang melihat
Yasmine rajin sholat dan berpuasa sunah pun mengikuti Yasmine dan banyak
bertanya pada nenek tersebut. Sharon pun yang tak jelas agamanya pun
mengutarakan niatnya untuk masuk islam.
Sebagian kekayaan keluarga Yasmine pun di sumbangkan ke
panti sosial yang mereka dirikan sendiri. Kini, Yasmine telah menyadari
perkataan Bu Lastri sebelumnya. Untuk tidak membuang uangnya sembarangan.
***
Penasaran sama kelanjutannya ..??? ayo klik Disini
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.