Hampa
Cahaya matahari pagi pun, telah menembus ruangan kamar
Yasmine. Perlahan-lahan kesadaran Yasmine pun mulai kembali, dan membuka
matanya pelan-pelan. Yang terlihat olehnya pertama kali adalah pengasuh
setianya Sharon. Sharon yang mengetahui hal tersebut, langsung memanggil dokter
untuk segera memeriksa Yasmine.
“ Sharon”
“ Yas, kamu telah sadar”.
“ mana Tina, mana Rena, kenapa mereka tidak ada disini
?”.
“ kamu tenang dulu ya, Yas. Nanti aku panggil mereka
untukmu”.
“ aku ingin bertemu mereka, sekarang”.
Sharon hanya menggeleng dan memeluk Yasmine, dan mengusap
rambut Yasmine.
“ aku ingin bertemu mereka”.
“ tapi, Yas. Kamu masih sakit, nanti kalau kamu sudah
sehat, kamu baru bisa menemui mereka”
“ beraninya kamu melarangku, Sharon”.
“ Yas”.
Yasmine pun berusaha berdiri walaupun kepalanya terasa
sangat berat dan pusing. Tetapi, keinginannya telah kuat untuk menemui kedua
sahabatnya. Dengan tertatih-tatih dia menarik tubuhnya, tetapi dia kembali
terjatuh. Sharon yang melihat pun akhirnya menyuruh Yasmine untuk duduk di
kursi roda, dan dia akan mengantarkan Yasmine bertemu dengan sahabatnya.
Sharon pun mengantar Yasmine untuk menemui Rena terlebih
dahulu yang berada di ruang ICU , suster yang menjaga di ruang ICU tidak
memperbolehkannya untuk masuk kedalam. Tetapi Yasmine memaksa, Sharon pun
berusaha membujuk suster tersebut, dan memperbolehkan Yasmine masuk.
Ketika berada di dalam ruangan Rena, tampak olehnya
keadaan Rena yang sangat kritis, senyum
Rena yang ramah pun, kini telah tiada, hanya ruangan kosong dan sepi yang
disesaki oleh suara pendeteksi detak jantung. Mata Rena pun masih tertutup.
Yasmine yang melihat keadaan tersebut hanya terdiam. Sambil meneteskan air
matanya. Dan memeluk Rena sambil berbisik sesuatu.
“ Ren, kamu harus bangun, kamu masih ingatkan mimpimu,
untuk menjadi seorang serve yang handal dimasa depan kelak. Aku mohon, sadarlah
Ren”.
Yasmine pun kembali menangis sambil tersedu-sedu dan tak
kuasa menahannya lagi. Rasa bersalah Yasmine pun kini semakin menyekap dirinya
setelah melihat keadaan Rena, seperti tidak ada harapan lagi. Tangis itu pun
semakin membuncah dan menghancurkan kekosongan ruangan tersebut. Sharon pun
menyusul kedalam dan berusaha menenangkan Yasmine dan mengajaknya keluar.
“ akulah yang membuatnya terbaring di ruang itu, Sharon”.
“ tenanglah Yas, ini bukan salahmu”.
“ apakah dia masih bisa sadar kembali”.
“ Yas, tenanglah. Aku yakin Rena pasti kembali”.
“ kamu tak perlu, membuatku berharap”.
“ sebaiknya kita kembali ke kamarmu, kamu masih perlu
istirahat yang cukup, Yas. Kamu belum sehat total”.
“ tidak , aku ingin menemui Tina”.
Mendengar permintaan Yasmine tersebutdan memerhatikan
kondisi Yasmine. Sharon langsung mengambil tindakan tegas. Dan memaksa Yasmine
untuk kembali ke kamarnya. Dan menyuruh dokter untuk memberi penenang padanya.
***
Keesokan paginya, Yasmine telah bangun. Kesehatannya pun
telah kembali memulih. Yasmine pun langsung berdiri. Dan mencabut paksa selang
infusnya. Seketika itu Sharon pun langsung mencegatnya.
“ Yasmine, kamu mau kemana ?”
“ jangan nganggu aku, izinkan aku melihat Tina”.
“ Yas, aku takut kamu tak mampu melihatnya”
“ aku kuat, sharon”.
“ tidak, Yas. Jangan sekarang”.
Yasmine pun nekat dan mengambil pisau buah yang terketak
diatas meja yang berada disamping tempat tidurnya.
“ jika kamu tidak membiarkan aku pergi, aku akan bunuh
diri”.
“ jangan lakukan , hal yang bodoh, Yas”
“ katakan dimana Tina sekarang”.
“ ya, akan aku tuliskan alamatnya”.
“ berikan aku , kunci mobilmu, cepat”.
Setelah mengambil kunci mobil dan alamat yang ditulis
Sharon, Yasmine pun langsung pergi, tanpa menghiraukan pakaian pasien yang
sedang dia gunakan.
***
Dengan mengikuti alamat yang diberikan Sharon, Yasmine
tiba di sebuah pemakaman umum. Yasmine pun membaca ulang kembali alamat yang
diberikan oleh Sharon. Dan menanyakan pada seseorang yang lewat tentang alamat
tersebut.
Tiba-tiba, kaki Yasmine pun langsung bergetar, air
matanya pun mulai meleleh, tibalah dia di sebuah pemakaman yang masih basah dan
masih banyak bunga yang ditaburi di atasnya. Yasmine pun terduduk dan tak
percaya setelah membaca tulisan nama yang berada di batu nisan tersebut.
tertulis nama sahabatnya. Dengan narik nafasnya sedalam mungkin, Yasmine
berusaha menahan tangisnya tapi, tak kuasa untuk menahannya. Menangislah dia
sejadi-jadinya di depan kuburan sahabatnya.
“ Tina, maaf aku. Aku yang slah. Aku yang mengajak kalian
untuk pergi liburan ini, ini ide konyolku. Maafkan aku, aku tak bisa
menyelamatkanmu. Tina”.
Rasa bersalah Yasmine pun kembali memuncak, dan tak bisa
menerima kenyataan tersebut. setelah lelah menangis, Yasmine pun memacu sedan
tersebut dan tak tentu arah. Tiba dia di sebuah jembatan yang sepi. Berhenti
dia disana, dan tertegun sambil menangis. Dia masih menyesali hal tersebut.
Yasmine masih meratapi nasibnya.
Ya Tuhan,
Kenapa Kau begitu tidak adil, kau merebut
segalanya.
Tak mengapa bagiku, bila kecilku tiada ayah
disampingku.
Tak mengapa bagiku, bila ibuku selalu sibuk
bekerja.
Tapi, Kau tak boleh menggambil hidupku.
Hidupku , sahabatku.
Aku benci.
Sesal Yasmine di dalam hati, dia sangat membenci dengan
nasib yang telah Tuhan berikan kepadanya. Dia merasa makhluk yang dirugikan
oleh Tuhannya. Dia pun menjadi sangat kecewa pada Tuhannya. Dan tak mampu
menahan ujian dan cobaan yang diberikan oleh Tuhan.
Aku benci
Kau telah merebut kebahagiannku.
Kenapa kau pertemukan aku dengan sahabatku
Tetapi, ketika aku masih belum mampu
Kau telah mengambilnya kembali
Begitu kejamnya Kau padaku.
Gerutunya dalam hati, semenjak hari itu. Yasmine tak
pernah lagi berharap pada apapun. Dan tidak memercayai keajaiban Tuhan. Dan
sangat membenci keputusan Tuhan. Baginya Tuhan tidak adil pada dirinya.
***
Tanpa terasa hari ini adalah hari minggu. Hari ini
sungguh berbeda bagi Yasmine. Dia merasa baru minggu lalu berkumpul dan
bercanda dengan Tina dan Rena. Ternyata, kini semua telah berubah. Canda pun
telah tiada, berganti dengan sedih. Tawa pun telah tiada, telah berganti
menjadi sebuah asa. Telah beberapa hari lalu, Yasmine diperboleh pulang dari
rumah sakit. Untuk tetap mengisi minggu
ini, Yasmine pun berniat mengunjungi Rena yang masih berada di ICU .
Ketika di tengah perjalanan menuju rumah sakit, Yasmine
melewati sekolahnya, dan berhenti sejenak disana. Tiba-tiba air mata Yasmine
pun meleleh. Terlihat olehnya, pak Tukimin yang telah tua masih tetap rajin
menyapu halaman sekolah walaupun di hari libur.
Setibanya di rumah sakit, kini Yasmine berusaha kuat
untuk tidak menangis di depan Rena. Dan dia bercerita kepada Rena, seolah-olah
Rena ada sedang bercerita dengannya.
“ Ren, tadi sebelum aku kesini. Aku lewat sekolah, tadi
aku melihat pak Tukimin, ternyata dia masih rajin walaupun sudah tua,Ren. Oya,
kamu masih ingat tidak dulu kita pernah terlambat”. Tiba-tiba Yasmine
terdiamsambil bermenung. Teringat kembali olehnya kenang-kenangan mereka bersama.
***
Pagi ini sangat berbeda. Pukul telah menunjukkan 07.00
wib, tapi Tina tak kunjung tiba di perempatan jalan. Akhirnya Yasmine
memutuskan untuk menyusul Tina ke rumahnya, namun Rena menolak karena
menurutnya jalan menuju rumah Tina hari ini pasti becek dikarenakan tadi malam
baru siap hujan, dan dia tidak ingin melanggar peraturan Omanya yang akan
membuatnya kualat bila melanggarnya. Namun, Yasmine tidak menghiraukan yang
dikatakan oleh Rena dan menarik Rena melewati gang menuju rumah Tina. Dan terlihat
oleh mereka Tina sedang menjemur kain, serta sangat berantakan seperti orang
belum mandi. Yasmine pun langsung merebut cucian itu dari tangan Tina dan
menyuruhnya untuk bersiap berangkat ke sekolah, Tina hanya bisa menghembus
nafas apabila tatapan Yasmine telah memaksa. Dan seperti biasa Rena kembali
mengulang kata-kata Omanya, namun setelah Yasmine melototi matanya ke Rena, dia
pun ikut membantu Yasmin menyelesaikan pekerjaan Tina.
Akhirnya pagi ini mereka bertiga terlambat, dan
berhadapan dengan guru piket yang terkenal galak dan sangat disiplin. Mereka
bertiga mendapatkan hukuman membersihkan WC dan mengepel lantai seusai jam
pelajaran terakhir.
Bagi Yasmine, ini adalah pekerjaan yang seru, karena bisa
memperlambat waktunya untuk pulang ke rumah. Sambil bernyanyi-nyanyi dia
mengambil tangkai sapu dan sangat menikmati hukuman tersebut. lainhalnya dengan
Rena, yang sangat merutuki hukuman ini karena, dia sangat benci sesuatu hal
yang kotor, dan kembali lagi mengulang kata-kata Omanya. Tina hanya mengepel
lantai dengan lesu dan merasa bersalah terhadap sahabat-sahabatnya, dia merasa
sahabatnya dihukum karenanya. Yasmine segera mengetahui hal itu , dan
memecahkan suasana tersebut dengan idenya yang jahil.
Yasmine mengendap-ngendap dan menjangkau-jangkau sarang
laba-laba di dekat WC dan berhasil mengambil laba-laba, dan melemparkannya ke
pundak Rena, sontak Rena langsung berteriak histeris. Dan Yasmine seolah-olah
tidak tahu-menahu, lalu melanjutkan pekerjaannya menyikat kamar mandi. Setidaknya, akibat ulah Yasmine tadi telah
membuat Tina melupakan kesedihannya sesaat, walaupun Rena menjadi tumbalnya.
Rena pun mengomel-ngomel, hampir mirip dengan Omanya,
yang hobi mengomel, mungkin inilah yang
disebut dengan warisan keturunan. Kata hati Yasmin sambil menahan
tawanya ketika Rena mengomel, dan mengedipkan sebelah matanya kepada Tina,
sebagai isyarat untuk tidak menghiraukan apa yang dikatakan oleh Rena, karena
menurutnya obat Rena telah habis, dan harus segera dibelikan yang baru. Tina
pun tak bisa lagi menahan tawanya , dan membuat Rena semakin memperpanjang
ceramahnya.
***
Yasmine terus bercerita. Disela-sela ceritanya, sesekali
dia mengusap matanya. Tak mengapa baginya bila kedua orangtuanya tidak
disampingnya. Tetapi, sahabat baginya adalah segalanya. Rasa bersalah pun
kembali menghantui Yasmine. Tetapi, dia berusaha untuk tidak menangis seperti
sebelumnya.
“ Rena, kamu masih ingatkan, dulu yang meletakkan
laba-laba di pundakmu itu adalah aku, maafkan aku tidak mengakuinya”. Terkadang
dia menangis bercampur tawa.
Ketika Yasmine, sedang seru bercerita, tiba-tiba Oma Rena
pun datang, Yasmine pun terkejut.
“ pagi , Oma”
“ tidak perlu basa-basi, aku harap ini adalah pertemuan
terakhir kamu dengan cucuku, sudah cukup atas semua ulahmu selama ini”.
“ tapi, Oma”
“ aku harap kamu tidak menemui Rena lagi. Lusa aku akan
membawanya ke Kanada untuk melakukan pengobatan”.
Keluar dari kamar Rena, Yasmine pun berjalan menuju
mobilnya dengan lemas dan tak bertenaga. Dia pun menarik nafas dalam.
Menguatkan dirinya.
***
Di pagi buta, Yasmine terbangun karena mendengar alunan
suara adzan. Ditutupnya telinganya, dan ingin melanjutkan tidurnya. Tetapi,
kantuk pun menghilang.
“ Allah.. tuhan, atau siapa sebutanmu, kenapa Kau selalu
mengganggu hidupku. Tidak puaskah dirimu telah mengambil seorang sahabatku, dan
kini kau masih menggantung nyawa seorang sahabatku. Kini, ketika aku hendak
tertidur, tetapi Kau menggangguku dengan suara panggilan-Mu”.
Geramnya di dalam hati. Sambil berkemul di dalam selimut.
Akhirnya setelah, suara Qamat bersenandung. Barulah, dia bisa kembali
memejamkan matanya.
Cahaya mentari pagi pun, menebus masuk melalui
tirai-tirai jendela, yang menyilaukan wajah Yasmine. Sehingga membuatnya
terbangun dari tidurnya. Dia pun tak bisa melanjutkan tidurnya seperti
biasanya. Dirinya pun disesaki oleh rasa gelisah dan bersalah. Kembali dia
mengeram dan menyalahkan Tuhan yang telah mengambil sahabatnya.
Tiba-tiba, Sharon masuk kedalam kamarnya. Mengejutkan
Yasmine yang sedang menyisir rambutnya.
“ Yas, kamu harus segera ke rumah sakit, sekarang”
“ ada apa dengan Rena, apa dia kritis ?”.
“ tidak. Tetapi, Omanya akan membawa dia pergi ke Kanada
pagi ini”.
Yasmine yang mendengar pun terkejut, dan langsung
bergegas mengambil kunci mobilnya, lalu berlari menuruni anak tangga menuju
lantai satu, dan tanpa menunggu apapun dia telah masuk kedalam mobilnya. Dan
membunyikan klakson dua kali, satpamnya telah tau bila Yasmine hendak keluar.
Yasmine pun kembali memacu sedan volvo kesayangannya
tersebut menuju rumah sakit. Di tengah perjalanan hampir saja dia tertabrak
dengan sebuah truk tronton yang membawa bahan makanan dari desa.
Setibanya di rumah sakit, langsung Yasmine berlari menuju
ruang ICU, dimana tempat Rena biasa dirawat. Namun, ketika disana. Dia tidak
menemukan Rena. Setelah bertanya kepada suster penjaga, dia mengetahui bahwa
sahabatnya tersebut telah dirawat jalan. Dan telah berangkat menuju Kanada
sekitar 15 menit lalu.
Mengetahui hal itu, Yasmine hanya bisa tertunduk kaku.
Sesak di dadanya pun kini tak tertahankan lagi. Kesadarannya pun menghilang.
Tubuhnya pun jatuh ke lantai.
***
Yasmine pun telah kembali membuka matanya. Terlihat
olehnya, masih ada Sharon yang menunggunya sedang terlelap tidur. Dia menahan
rasa sakitnya ketika mencabut selang infus dari tangannya. Diam-diam dia
mengambil kunci mobilnya, lalu berjalan pelan keluar pintu.
Berhasil melarikan diri. Yasmine kembali memacu sedan
volvonya tanpa arah dan tujuan yang dituju. Lelah berkeliling. Berhentilah dia
di tepi jalan. Bingung ingin pergi kemana, dia menelpon seorang teman SMA nya.
Sejam kemudian, sebuah taksi berhenti di depan mobilnya.
Tampak olehnya seorang teman lamanya keluar dari taksi tersebut. dibukanya kaca
mobilnya sambil melambaikan tangan. Dengan cepat gadis itu masuk kedalam
mobilnya.
“ sudah lama, tak berjumpa denganmu, Yas”
Yasmine hanya tersenyum membalas pertanyaan basa-basi
tersebut. dan mulai melaju sedannya. Kembali gadis itu bertanya dan membuat
Yasmine sangat kesal. Dan tiba-tiba dia menghentikan mobilnya.
“ keluar kamu, Carla”.
“ Yas, maaf bila aku banyak bertanya, dan membuatmu
kesal. Kenapa kau memanggilku ?”
“ dimana klub yang terkenal di kota ini”.
“ Yas, apa aku tidak salah dengar ?”
“ cepat katakan”.
Carla yang melihat keadaan Yasmine pun merasa aneh dan
tidak percaya. Selama dia mengenal Yasmine. Dia tidak pernah menerima ajakannya
untuk pergi ke klub malam. Tetapi, hari ini Yasmine sendiri yang mengajaknya.
Setibanya disana, Yasmine meminta bir yang memiliki
tingkat alkohol yang tinggi. Carla yang melihat hanya menggelengkan kepala dan
berusaha mencegatnya.
“ Yas, jangan meminum itu , sebaiknya kamu meminum bir
yang alkoholnya rendah saja. Itu bisa membuatmu mabuk”.
Tidak sedikit pun Yasmine menghiraukan perkataan Carla.
Tanpa segan dia meminum habis bir tersebut dalam satu tegukan. Dan meminta
bartender menambah kembali. Seperti itulah yang dilakukannya berkali-kali
sampai, dia pun benar-benar mabuk. Carla suka minum, kali ini dia tidak bisa
minum seteguk pun bir tersebut. merasa aneh dengan pemandangan yang dilihatnya.
Dia yang pindah setahun lalu ke Amerika merasa aneh.
“ Yas, aku baru setahun pindah ke Amerika. Dan kini aku
baru kembali. Tetapi, aku tak menyangka waktu yang singkat itu merubahmu menjadi
seorang peminum”.
Carla yang bingung pun berusaha menghubungi teman-teman
SMA nya dulu dan menanyakan kabar Yasmine pada saat ini. Setelah mendengar
banyak kabar dari teman-teman lamanya. Carla yang melihat Yasmine telah
terkapar akibat mabuk pun kembali meneteskan air matanya.
Dia sangat mengenal Yasmine, sempat rumah mereka
bersebelahan. Tetapi, suatu hari saham keluarga Carla turun. Dan membuatnya
jatuh miskin. Terpaksa Carla harus tinggal bersama bibinya di Amerika. Dia
sangat mengetahui. Bagi Yasmine sahabatnya adalah hidupnya. Dia tahu bahwa
Yasmine tidak memiliki keluarga yang bahagia. Hanya sahabatnyalah yang selalu
bersamanya.
Dia pun mengantar Yasmine kembali pulang ke rumahnya.
Bercerita sebentar dengan Sharon. Carla pun hanya bisa menarik nafasnya
dalam-dalam. Dia merasa sangat sedih dan kasihan dengan Yasmine yang tak
memiliki semangat hidup. Yasmine yang dulu selalu optimis pernah dia kenal.
Kini telah berubah menjadi Yasmine yang putus asa. Carla ingin membantu
Yasmine. Tetapi, paginya dia mendapat telpon untuk segera kembali ke Amerika.
Bibinya sakit.
***
Penasaran sama kelanjutannya ..??? ayo klik Disini
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.